Saat tiba waktu dijemput pulang,
Tiada lagi langkah dipinjam ruang.
Degupan hati perlahan hilang,
Malaikat datang, lembut, tenang.
Rumah sunyi jadi saksi,
Tubuh terbaring tanpa erti.
Yang dulu gagah kini sepi,
Yang dulu tertawa kini mati.
Anak menatap dengan sayu,
Air mata gugur bertalu-talu.
Namun roh pergi tanpa tahu,
Ke mana dibawa, hanya Tuhan yang tahu.
Kain kafan membalut tubuh,
Tanpa harta, tanpa pengaruh.
Yang dibawa cuma amal yang patuh,
Dan dosa lama jika tak terhapus.
Di liang lahad gelap dan sempit,
Tanpa suara, tanpa cahaya yang legit.
Hanya iman jadi pelita kecil,
Menjadi teman di alam sunyi yang sulit.
Munkar dan Nakir datang bertanya,
Siapa Tuhanmu? Siapa Nabimu yang setia?
Jika lidah dulu basah dengan zikirnya,
Maka mudah jawab, tenang jiwanya.
Namun bagi yang lalai dan lupa,
Yang hidup mengejar dunia semata,
Susah lidah mengucap nama-Nya,
Kerana hatinya tak kenal Tuhannya.
Tanah merah ditimbus perlahan,
Doa dibaca, air mata ditahan.
Yang tinggal cuma amalan,
Penentu nasib di dua jalan.
Ya Allah, andai esok giliranku,
Terimalah aku dalam rahmat-Mu.
Jangan biar rohku tersesat jauh,
Bimbinglah aku, ya Tuhan yang teguh.
Related Posts :
- Back to Home »
- ChatGPT , Syair Islamic »
- Syair Nur Iman – Siri 5: Perjalanan Akhir
